Kafilah Cinta
Syakaro Ahmad El Alyyi
Yusuf Faronsyh adalah seorang pemuda Indonesia yang
berasal dari bagian timur Indonesia yaitu Alor NTT. Selepas menamatkaan
pemondokan, ia melanjutkan pendidikan S1 di STAIN Samarinda. Tetapi ia belum
puas, Ia
berkeinginan mengulang pendidikannya ke Al-Azhar Cairo. Tekadnya
sangat kuat, ijin juga di dapatkan dari keluarganya. Akan tetapi, biaya yang
tidak mendukung keberangkatannya ke Cairo,untuk menggapai keinginannya tersebut
ia berusaha mencari biaya sendiri.
Perjalanan
pertamanya ia menuju ke Desa
Paninggaran, ia menemui sahabatnya ketika di Pondok Pesantren dulu, Enow, utuk
bersilaturahmi. Ia dan Enow banyak bertukar pikiran tentang keinginan mereka
melanjutkan pendidikan. Enow hanya berencana melanjutkan pendidikannya ke
Jakarta.
Setelah empat hari
berada di rumah Enow, Yusufpun berpamitan. Ia mengatakan akan ke Jakarta
menemui sahabatnya dan akan langsung ke Samarinda. Setelah kepergian Yusuf dari
rumah Enow, mereka tidak ada saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Pernah
suatu ketika Enow berusaha menghubungi Yusuf tetapi tidak berhasil. Nomor yang
di tujunya tidak dapat di hubungi. Enowpun akhirnya lupa akan sosok Yusuf.
Enow akan melanjutkan
pendidikannya di Jakarta. Ia berangkat ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta ia
menumpang pada teman satu Pondokannya dulu. Itu hanya untuk sementara karena
mereka berencana untuk memilih dan menentukan universitas yang akan mereka
masuki. Sembari menunggu kepastian dari universitas mereka juga berencana untuk
mencari pekerjaan sampingan untuk menambah biaya pendidikan mereka nantinya.
Pada suatu perjalanan
di dalam sebuah angkot Enow dan shabatnya Abran dan Iyan bertemu dengan seorang
ibu. Ternyata ibu tersebut adalah ibu dari teman mereka satu pondokan dahulu.
M. Muslim adalah anak ibu tersebut dan ternyata mereka juga satu tingkat dengan
Muslim. Si ibu bercerita bahwa Muslim sekarang berada di Malaysia, ia
bersekolah di Madiwa. Dari Madiwa, nantinya mereka akan di kirim ke Mesir untuk
menyelesaikan pendidikannya. Jadi dapat di katakana bahwa Madiwa ddan Al-azhar
menjalin kerjasama. Penuturan ibu tersebut membuat mereka tertarik ke Madiwa.
Dan mereka memutuskan melanjutkan pendidikan ke Madiwa.
Mereka melakukan
perjalanan ke Kuala Lumpur Malaysia melalui Batam. Sesampainya mereka di
Malaysia mereka bertemu dengan Roby dan Arul. Akhirnya mereka berlima tinggal
pada satu asrama di Madiwa. Ternyata di
Madiwa tersebut juga mereka bertemu dungan Yusuf, sahabat mereka di pondokan
yang berkeinginan melanjutkan studi di Al-Azhar. Tetapi yusuf tidak tinggal di
asrama Madiwa, ia menyewa rumah tidak
jauh dari Madiwa, karena ia harus bekerja mencari tambahan biaya.
Yusuf tinggal di rumah
sewaannya sendiri. Ia menawarkan kepada teman-temannya jika ada yang mau ikut
tinggal bersamanya. Ternyata teman-temannya setuju karena biaya sewanya cukup
murah. Akhirnya mereka berlima ikut pindah ke rumah sewaan Yusuf.
Rumah itu bertingkat.
Mereka menghuni lantai dua dengan tangga dari luar rumah, sehingga mereka
dengan leluasa keluar masuk tanpa mengganggu penghuni lainnya. Ketika mereka
tinggal di rumah yusuf, banyak kabar yang kurang baik di sampaikan Yusuf
mengenai penghuni di lantai satu. Yusuf hanya mengingatkan kepada
teman-temannya agar tidak mengusik atau ikut campur dengan penghuni yang berada
di lantai satu.
Mereka melakukan
aktifitas dengan lancar, Yusuf kuliah sambil bekerja, bekerja apa saja yang
penting halal karena ia kekurangan biaya utuk berangkat ke Cairo. Roby, Arul,
Abran dan Iyan melakukan aktifitas kuliah seperti biasanya. Berbeda dengan
Enow, ia melakukan aktifitas kuliah dan ternyata hatinya tertawan pada gadis
dari dunia maya yang ternyata adalah anak seorang polisi Malaysia yang berasal
dari Pekalongan.
Kecintaan Enow pada
gadis tersebut bersambut. Orang tua dari gadis itu juga menyukai Enow, bukan
hanya dari perilaku Enow yang santun tetapi juga karena ayah gadis tersebutt
dan Enow berasal dari satu daerah yang sama yaitu Pekalongan.
Yusuf tetap pada
usahanya mencari biaya hidup. Hingga suatu saat anak pemilik rumah mengajaknya
untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit. Yusuf mengiyakan walaupun ia tahu
resikonya cukup besar karena visa yang di milikinya hanyalah untuk sekolah
bukan untuk bekerja. Tetapi ia menampik semua keraguannya demi Al-Azhar. Ia pun
menerima tawaran tersebut. Akan tetapi malang nasibnya. Ketika ia sedang
bekerja terjadi razia di perkebunan sawit. Ia hamper tertangkap tetapi ia dapat
meloloskan diri walaupun telah kejar-kejaran dengan polisi.
Pada saat yang
bersamaan terjadi penggeledahan di rumah yang Yusuf dan teman-temannya
tinggali. Penggeledahan terjadi di lantai satu. Ternyata polisi mencurigai
adanya aktivitas yang kurang baik dan meresahkan warga. Pada saat penggerbekan anak
pemilik rumah dan beberapa anak buahnya berhasil melarikan diri. Dalam pelariannya dari kejaran polisi mereka
bertemu dengan Yusuf. Yusuf meminta penjelasan karena ketika ada razia dia
tidak ada di kebun sawit. Yusuf mencurigai mereka menjebaknya. Anak pemilik
rumah itu berusaha menjelaskan kepada Yusuf dan
mengajak yusuf untuk ikut pada mobil mereka karena mereka sedang di
intai polisi. Tetapi Yusuf menolak dan terjadi perdebatan. Ketika perdebatan
terjadi lewatlah seorang polisi dan melihat mereka. Sontak saja mereka kaget
dan melarikan diri. Yusufpun terpaksa ikut dengan mereka.
Sudah dua hari Yusuf
tidak pulang ke rumah, kabar juga tidak ada. Teman-temannya menjaadi khawatir.
Temman-temannya mencoba mencari tetapi tidak juga ketemu. Hingga tanpa di
sengaja mereka melihat foto Yusuf dan anak pemilik rumah terpampang di Koran.
Mereka kaget luar bias dan berfikir yang tidak-tidak tentang Yusuf.
Tidak lama kemudian
Yusuf menelpon dan meminta bertemu di Pulau Pinang. Akhirnya Arul, Arif dan
Roby ke Pulau Pinang tanpa mengatakannya kepada Enow. Mereka berusaha mencari Yusuf.
Mereka bertemu dengan Yusuf di sebuah surau tua. Yusuf menceritakan kejadian
yang sebenarnya dan kemana dia lari selama dua hari. Ia juga menjelaskan bahwa
ternyata anak dari pemilik rumah itu adalah kaki tangan mafia. Rumah itu adalah
tempat berkumpul mereka dan sengaja di sewakan untuk mengelabuhi polisi, dan ia
tidak terlibat sama sekali dalam kasus ini. Ini hanya salah paham.
Mendengar cerita Yusuf
teman-temannya menjadi iba, mereka ingin melaporkan ke polisi tetapi situasi
tidak memungkinkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Thailand sebagai
pendatang gelap untuk berlindung dari
kejaran mafia. Sebelum mereka berangkat mereka menyempatkan menghubungi Enow
dan memberi kabar tentang keadaan yang sebenarnya.
Enow pergi ke rumah Sarah
(pujaan hati Enow) bersama Abran,
mereka bertemu dengan ayah Sarah yang notabene adalah polisi di Malaysia. Enow
menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Ia juga menjelaskan bahwa teman-temanya
tidak bersalah, hanya terjadi kesalah pahaman. Akhirnya ayah Sarah memutuskan
untuk menjemput Yusuf dan teman-temannya ke Thailand demi keamanannya. Dan gembong
mafia tersebutpun berhasil di tangkap.
Setelah kejadian
tersebut mereka berenam dapat hidup dengan tenang, tibalah masa libur semester
di Madina. Masa libur ini tetap di manfaatkan oleh Yusuf mencari pekerjaan,
sedangkan teman-temannya yang lain lebih memilih pulang ke Indonesia kecuali
Enow. Enow memilih ke rumah kakaknya yang ada di Malaysia juga. Kepergiannya ke
rumah kakaknya bukan hanya untuk
bersilaturahmi tetapi juga membicarakan tentang permintaan ayah Sarah untuk
meminang putrinya. Keluarga Enow meminta agar Enow mempertimbangkan keputusannya
dan melakukan istiqarah. Akhirnya Enow memutuskan untuk melanjutkan
pendidikannya ke Cairo. Keputusan itu diterima oleh ayah Sarah dan berharap
sepulangnya Enow dari Cairo ia akan meminang sarah. Liburan
semester telah usai, semuanya kembali ke Madina. Dan inilah saat yang
mereka tunggu-tunggu, perjalanan ke
Al-Azhar cairo. Mereka berangkat bersama begitu juga dengan Yusuf. Ia telah
berhasil mengumpulkan uang untk berangkat ke Cairo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar