Translate

Rabu, 24 April 2013

cinta terhadap ilmu dan Allah diatas segalanya




Kafilah Cinta
Syakaro Ahmad El Alyyi

Yusuf  Faronsyh adalah seorang pemuda Indonesia yang berasal dari bagian timur Indonesia yaitu Alor NTT. Selepas menamatkaan pemondokan, ia melanjutkan pendidikan S1 di STAIN Samarinda. Tetapi ia belum puas,  Ia  berkeinginan mengulang  pendidikannya ke Al-Azhar Cairo. Tekadnya sangat kuat, ijin juga di dapatkan dari keluarganya. Akan tetapi, biaya yang tidak mendukung keberangkatannya ke Cairo,untuk menggapai keinginannya tersebut ia berusaha mencari biaya sendiri.
Perjalanan pertamanya  ia menuju ke Desa Paninggaran, ia menemui sahabatnya ketika di Pondok Pesantren dulu, Enow, utuk bersilaturahmi. Ia dan Enow banyak bertukar pikiran tentang keinginan mereka melanjutkan pendidikan. Enow hanya berencana melanjutkan pendidikannya ke Jakarta.
Setelah empat hari berada di rumah Enow, Yusufpun berpamitan. Ia mengatakan akan ke Jakarta menemui sahabatnya dan akan langsung ke Samarinda. Setelah kepergian Yusuf dari rumah Enow, mereka tidak ada saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Pernah suatu ketika Enow berusaha menghubungi Yusuf tetapi tidak berhasil. Nomor yang di tujunya tidak dapat di hubungi. Enowpun akhirnya lupa akan sosok Yusuf.
Enow akan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Ia berangkat ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta ia menumpang pada teman satu Pondokannya dulu. Itu hanya untuk sementara karena mereka berencana untuk memilih dan menentukan universitas yang akan mereka masuki. Sembari menunggu kepastian dari universitas mereka juga berencana untuk mencari pekerjaan sampingan untuk menambah biaya pendidikan mereka nantinya.
Pada suatu perjalanan di dalam sebuah angkot Enow dan shabatnya Abran dan Iyan bertemu dengan seorang ibu. Ternyata ibu tersebut adalah ibu dari teman mereka satu pondokan dahulu. M. Muslim adalah anak ibu tersebut dan ternyata mereka juga satu tingkat dengan Muslim. Si ibu bercerita bahwa Muslim sekarang berada di Malaysia, ia bersekolah di Madiwa. Dari Madiwa, nantinya mereka akan di kirim ke Mesir untuk menyelesaikan pendidikannya. Jadi dapat di katakana bahwa Madiwa ddan Al-azhar menjalin kerjasama. Penuturan ibu tersebut membuat mereka tertarik ke Madiwa. Dan mereka memutuskan melanjutkan pendidikan ke Madiwa.
Mereka melakukan perjalanan ke Kuala Lumpur Malaysia melalui Batam. Sesampainya mereka di Malaysia mereka bertemu dengan Roby dan Arul. Akhirnya mereka berlima tinggal pada  satu asrama di Madiwa. Ternyata di Madiwa tersebut juga mereka bertemu dungan Yusuf, sahabat mereka di pondokan yang berkeinginan melanjutkan studi di Al-Azhar. Tetapi yusuf tidak tinggal di asrama Madiwa, ia menyewa rumah  tidak jauh dari Madiwa, karena ia harus bekerja mencari tambahan biaya.
Yusuf tinggal di rumah sewaannya sendiri. Ia menawarkan kepada teman-temannya jika ada yang mau ikut tinggal bersamanya. Ternyata teman-temannya setuju karena biaya sewanya cukup murah. Akhirnya mereka berlima ikut pindah ke rumah sewaan Yusuf.
Rumah itu bertingkat. Mereka menghuni lantai dua dengan tangga dari luar rumah, sehingga mereka dengan leluasa keluar masuk tanpa mengganggu penghuni lainnya. Ketika mereka tinggal di rumah yusuf, banyak kabar yang kurang baik di sampaikan Yusuf mengenai penghuni di lantai satu. Yusuf hanya mengingatkan kepada teman-temannya agar tidak mengusik atau ikut campur dengan penghuni yang berada di lantai satu.
Mereka melakukan aktifitas dengan lancar, Yusuf kuliah sambil bekerja, bekerja apa saja yang penting halal karena ia kekurangan biaya utuk berangkat ke Cairo. Roby, Arul, Abran dan Iyan melakukan aktifitas kuliah seperti biasanya. Berbeda dengan Enow, ia melakukan aktifitas kuliah dan ternyata hatinya tertawan pada gadis dari dunia maya yang ternyata adalah anak seorang polisi Malaysia yang berasal dari Pekalongan.
Kecintaan Enow pada gadis tersebut bersambut. Orang tua dari gadis itu juga menyukai Enow, bukan hanya dari perilaku Enow yang santun tetapi juga karena ayah gadis tersebutt dan Enow berasal dari satu daerah yang sama yaitu Pekalongan.
Yusuf tetap pada usahanya mencari biaya hidup. Hingga suatu saat anak pemilik rumah mengajaknya untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit. Yusuf mengiyakan walaupun ia tahu resikonya cukup besar karena visa yang di milikinya hanyalah untuk sekolah bukan untuk bekerja. Tetapi ia menampik semua keraguannya demi Al-Azhar. Ia pun menerima tawaran tersebut. Akan tetapi malang nasibnya. Ketika ia sedang bekerja terjadi razia di perkebunan sawit. Ia hamper tertangkap tetapi ia dapat meloloskan diri walaupun telah kejar-kejaran dengan polisi.
Pada saat yang bersamaan terjadi penggeledahan di rumah yang Yusuf dan teman-temannya tinggali. Penggeledahan terjadi di lantai satu. Ternyata polisi mencurigai adanya aktivitas yang kurang baik dan meresahkan warga. Pada saat penggerbekan anak pemilik rumah dan beberapa anak buahnya berhasil melarikan diri.  Dalam pelariannya dari kejaran polisi mereka bertemu dengan Yusuf. Yusuf meminta penjelasan karena ketika ada razia dia tidak ada di kebun sawit. Yusuf mencurigai mereka menjebaknya. Anak pemilik rumah itu berusaha menjelaskan kepada Yusuf dan  mengajak yusuf untuk ikut pada mobil mereka karena mereka sedang di intai polisi. Tetapi Yusuf menolak dan terjadi perdebatan. Ketika perdebatan terjadi lewatlah seorang polisi dan melihat mereka. Sontak saja mereka kaget dan melarikan diri. Yusufpun terpaksa ikut dengan mereka.
Sudah dua hari Yusuf tidak pulang ke rumah, kabar juga tidak ada. Teman-temannya menjaadi khawatir. Temman-temannya mencoba mencari tetapi tidak juga ketemu. Hingga tanpa di sengaja mereka melihat foto Yusuf dan anak pemilik rumah terpampang di Koran. Mereka kaget luar bias dan berfikir yang tidak-tidak tentang Yusuf.
Tidak lama kemudian Yusuf menelpon dan meminta bertemu di Pulau Pinang. Akhirnya Arul, Arif dan Roby ke Pulau Pinang tanpa mengatakannya kepada Enow. Mereka berusaha mencari Yusuf. Mereka bertemu dengan Yusuf di sebuah surau tua. Yusuf menceritakan kejadian yang sebenarnya dan kemana dia lari selama dua hari. Ia juga menjelaskan bahwa ternyata anak dari pemilik rumah itu adalah kaki tangan mafia. Rumah itu adalah tempat berkumpul mereka dan sengaja di sewakan untuk mengelabuhi polisi, dan ia tidak terlibat sama sekali dalam kasus ini. Ini hanya salah paham.
Mendengar cerita Yusuf teman-temannya menjadi iba, mereka ingin melaporkan ke polisi tetapi situasi tidak memungkinkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Thailand sebagai pendatang gelap untuk berlindung  dari kejaran mafia. Sebelum mereka berangkat mereka menyempatkan menghubungi Enow dan memberi kabar tentang keadaan yang sebenarnya.
Enow pergi ke rumah Sarah (pujaan hati Enow)   bersama Abran, mereka bertemu dengan ayah Sarah yang notabene adalah polisi di Malaysia. Enow menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Ia juga menjelaskan bahwa teman-temanya tidak bersalah, hanya terjadi kesalah pahaman. Akhirnya ayah Sarah memutuskan untuk menjemput Yusuf dan teman-temannya ke Thailand demi keamanannya. Dan gembong mafia tersebutpun berhasil di tangkap.
Setelah kejadian tersebut mereka berenam dapat hidup dengan tenang, tibalah masa libur semester di Madina. Masa libur ini tetap di manfaatkan oleh Yusuf mencari pekerjaan, sedangkan teman-temannya yang lain lebih memilih pulang ke Indonesia kecuali Enow. Enow memilih ke rumah kakaknya yang ada di Malaysia juga. Kepergiannya ke rumah kakaknya bukan  hanya untuk bersilaturahmi tetapi juga membicarakan tentang permintaan ayah Sarah untuk meminang putrinya. Keluarga Enow meminta agar Enow mempertimbangkan keputusannya dan melakukan istiqarah. Akhirnya Enow memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Cairo. Keputusan itu diterima oleh ayah Sarah dan berharap sepulangnya Enow dari Cairo ia akan meminang sarah.  Liburan  semester telah usai, semuanya kembali ke Madina. Dan inilah saat yang mereka tunggu-tunggu,  perjalanan ke Al-Azhar cairo. Mereka berangkat bersama begitu juga dengan Yusuf. Ia telah berhasil mengumpulkan uang untk berangkat ke Cairo.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar